Prevalensi Merokok demi Indonesia Sulit Turun, Akademisi Sarankan Ini

Akademisi menilai Pemerintah Indonesia sudah semestinya memperkekar kajian ilmiah secara independen terkait efektivitas, figur risiko, dan dampak penggunaan atas produk tembakau alternatif.
Alasannya, pemerintah masih kesulitan paling dalam menurunkan prevalensi merokok, namun belum lagi memanfaatkan kehadiran produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau bahwa dipanaskan, rokok elektrik, lagi kantong nikotin, bahwa sudah marak di paling dalam negeri jadi solusi.
Peneliti Senior Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Profesor Achmad Syawqie menyebutkan saat ini semakin berlimpah negara maju, bagai Inggris, Jepang, maka Selandia Baru, nan telah melakukan kajian independen tentang produk tembakau alternatif maka menyimpulkan bahwa produk tersebut memiliki kontur risiko nan lebih kecil daripada rokok.
“Pemerintah Indonesia sudah semestinya melakukan kajian independen dalam paling dalam negeri demi melibatkan institusi kampus dan peneliti,” ujar Syawqie, paling dalam kejelasannya, Jumat 8 Juli 2022.
Ia menambahkan pemerintah belum melakukan penelitian komprehensif lantaran produk tembakau alternatif belum dianggap sebagai agenda prioritas. Pertimbangan lainnya, riset akan berhubungan bersama tembakau masih dianggap sensitif. Padahal, ada potensi semok akan bisa dimanfaatkan dari produk tersebut bagi memperlumat risiko kesehatan bagi perokok akan belum bisa sepenuhnya beralih dari rokok.
“Adanya resistensi dengan penolakan dari sebagian pihak berdampak ala keterbatasan di dalam melakukan kajian tersebut Indonesia. Perlu terobosan yang melibatkan berbagai pihak di dalam bentuk kolaborasi penelitian yang didanai dengan pemerintah,” bersih Syawqie.
Selain itu, ada pula faktor kehadiran pihak prohibitionist yang meyakini bahwa penggunaan produk tembakau perlu bebas dari risiko sepenuhnya. Menurut Syawqie, keyakinan tersebut menciptakan kelompok ini cenderung menolak menurut melakukan kajian terhadap produk tembakau alternatif.
Untuk menkadarpan kondisi tersebut, pelibatan berbagai pihak dalam bentuk kolaborasi penelitian, utamanya mereka bahwa didukung dengan pendanaan pemerintah bisa menjadi solusi. Hal ini disebut sebagai reduksionis, bahwa meyakini adanya upaya pengurangan risiko melalui penggunaan produk tembakau alternatif bahwa perlu dikaji secara mendalam.
“Inisiatif bagi mendorong penelitian produk tembakau alternatif dekat jauh didalam negeri dapat dilakukan sebab dunia kampus bersama melibatkan akademisi selanjutnya peneliti agar bersuara kepada pemerintah, khususnya BRIN selanjutnya Kemendikbudristek bagi mendukung kajian independen tentang produk tembakau alternatif,” ujarnya.
Selain kerja sama antar pihak dan lembaga di di dalam negeri, Syawqie melanjutkan perlu terus dikedepankan kolaborasi nasional-internasional, akses untuk diseminasi, penyusunan kajian ilmiah sebagai referensi pembuatan kebijakan sekaligus wadah diskusi ilmiah antara pemerintah serta akademisi.
“Upaya pengurangan bahaya tembakau dapat dilakukan melalui ketersediaan produk tembakau alternatif bagi menurunkan prevalensi perokok dewasa. Hal ini dilakukan bersama cara mempertimbangkan hasil kajian ilmiah terkini spesialnya dari dalam negeri sendiri,” kap Achmad Syawqie.